Gadis itu terlihat bimbang, sesekali dia mengangkat gagang telepon, sepertinya akan menelepon seseorang tapi ia ragu. Gadis itu bernama Phinie. Akhirnya..
“ Hallo, bisa bicara ma Yohan?”
“ Ya, ada apa Phi?” saut suara diseberang sana.
“ Yo, aku mau ktemu kamu…bisa kan?”
” Sekarang aku gak bisa, sore aku les, dan...”
” Please Yo, aku mohon, kali ini aja..”
” Oke, besok seabis pulang aja, tapi ni terakhir kali ya..”
Tut..tut..telepon ditutup tanpa salam. Phinie yang selalu menekan perasaannya sendiri terhadap Yohan, seseorang yang sangat disayanginya, karena kesalahannya sendiri.
Bel pulang terasa begitu lambat, membuat phinie sering kali melirik jam tangannya yang melingkar manis di tangan phinie. Sementara Phinie gelisah menanti, Yohan malah sibuk memikirkan perasaannya, mungkin Yohan merasa gadis yang pernah cukup lama mendekam di hatinya itu akan menanyakan lagi apakah dia masih mau kembali, sedangkan hati Yohan sudah terpaut pada seorang gadis lain, seorang gadis yang mampu mengobati luka hatinya pada Phinie.
Kelas Yohan dan Phinie ngga jauh, tapi keduanya riskan buat sering bertemu, padahal sesungguhnya masih tersisa walau sedikit, rasa sayang diantara keduanya. Yang terjadi malahan mereka seperti musuh, di sekolah ga pernah saling sapa, ketemu pun saling cuek, terutama Yohan pada Phinie, mereka begitu karena ego masing-masing. Sejarah pun selalu teringat di pikiran mereka masing-masing, saat Phinie memutuskan Yohan sepihak, karena Phinie dengan mudahnya melepas ikatan cinta mereka yang telah hampir 1 tahun, demi seorang Reno. Kenyataannya, Reno ngga sebaik Yohan, bahkan jauh lebih buruk. Di balik ketampanan dan kepopuleran seorang Reno, ga lain adalah seorang playboy yang memikat.
Bel itu akhirnya datang juga, Phinie berjalan tergesa menuju parkiran, ia tau Yohan ngga menunggunya disana, tapi Phinie berharap Yohan ada. Sesampainya di parkiran, Yohan ngga ada. Phinie bingung, kata Yohan seabis pulang sekolah....tapi dimana? Ah, mungkin di kebun belakang, tempat anak2 ngumpul sepulang sekolah. Saat Phini beranjak kesana, dia melihat Reno sedang bercengkrama dengan Meta, pacar baru Reno setelah 7 pacar Reno lainnya, termasuk Phini yang dia campakkan. Sebenarnya Phinie tau dari dulu, sebelum Phinie, Reno pernah punya 3 pacar, tapi Phinie ga peduli, saat ia memutuskan memilih Reno, hatinya percaya 100% Reno mencintainya, dan segala kelebihan Reno mampu membuat Phinie melupakan Yohan, yang sangat tulus padanya.
Sekarang Phinie ngga terpengaruh apapun melihat Reno, karena dia udah merasakan sakitnya dicampakkan Reno. Hal itu juga yang membuatnya sadar, bahwa dulu Yohan juga memiliki perasaan yang sama sakitnya. Di kebun belakang memang ramai anak2, tapi Phine ngga melihat Yohan. Ah, Yohan, sulit sekali bertemu denganmu secara baik2..pikir Phinie. Ya, setelah sebulan lalu Phinie dengan entengnya meminta kembali pada Yohan, Yohan belum menjawabnya, sampai saat ini. Tapi bukan jawaban yang Phinie mau sekarang, karena kalo jawaban Phinie udah tau, Phinie baru seminggu ini menyadari kalo Yohan udah memiliki tambatan hati yang lain, hati Yohan bukan lagi untuknya.
”Phi, aku di atas” tiba2 ada kapal terbang kertas yang jatuh di kepala Phini. Dasar Yohan, jailnya masih aja ada. Aha, kenapa Phinie lupa, dulu mereka suka ketemuan di atas, di atas atap sanggar Pramuka. Phinie segera ke atas, dia pengen cepat menyelesaikan masalah yang selalu mengganggunya.
”Dah lama Yo?” sapa Phinie.
”Lumayan, kemana aja sih?” tanya Yohan balik.
”Aku nyari kamu ke parkiran..”
”Kan biasanya kita ketemu disini” deg. Jantung Phinie berdegup, Yohan masih ingat, saat-saat mereka sering menghabiskan waktu bersama, bercanda, belajar, dan bercengkrama disini, sambil menunggu diusir satpam sekolah,he...Phinie tersenyum.
”Aku lupa..” kata Phinie lagi.
”Kamu emang terlalu cepat melupakan, phi..” Ah, rasanya kata-kata Yohan begitu tajam, seakan mengoyak hatinya yang juga terluka.
”Bukan, maksudku..” Belum sempat Phinie jawab, Yohan terburu memotong...
”Udahlah, katanya mau ngomong..”
Ya Allah, Yohan begitu tampan, apalagi setelah rambutnya dicepak lagi, seperti waktu awal mereka kenal, Phinie sangat suka penampilan Yohan seperti itu. Dalam hati Phini ngga henti-henti menyesali kebodohannya menerima Reno. Reno memang lebih tampan, lebih populer, lebih romantis dari Yohan, tapi kenapa semudah itu...ah sudahlah, pikir Phinie. Saat ini hanya untuk menyelesaikan masalah yang membuatnya terganggu, Phini hanya ingin tau apakah Yohan telah memaafkannya setelah dua tahun berlalu.
”Yo, aku Cuma mau tau apakah kamu udah maafin aku?”
”Apa mesti aku jawab?” kata Yohan seikit ketus.
”Iya Yo, aku udah ga peduli dengan jawaban kamu tentang pertanyaanku sebulan lalu, aku Cuma minta jawaban kamu yang ini”
”Kalo aku jawab, aku ngga bisa maafin kamu gimana?” Phinie diam mendengarnya, jelas ngga mudah bagi Yohan memafkan Phinie.
”Ga apa-apa, aku emang ngga pantas dimaafin..” bisik Phinie lirih, selesai sudah, Phinie ngga tau harus bilang apa lagi.
”Kamu ngga mau tau jawaban aku yang sebulan lalu kamu tanyain itu?”
”Ngga Yo, aku udah tau jawabannya..makasih ya Yo..aku ga kan ganggu kamu lagi, tapi kalo aku boleh berharap, maafin aku ya Yo, sampai kapanpun, maaf kamu aku tunggu Yo...” Kata Phini lagi, hatinya sesak, dia ngga tau harus gimana lagi.
”Aku udah maafin kamu kok Phi, jauh sebelum kamu minta maaf ma aku..aku masih sayang ma kamu, sampai kapan pun, karena kamu cinta pertama aku Phi, tapi...saat ini aku udah memiliki Yulia, gadis yang membantuku mengobati lukaku, gadis yang memberiku ketegaran saat kamu menorehkan luka pada hati ini, Phi..maafin aku ya..”
Phinie cuma bisa terisak, kata-kata Yohan malah membuatnya sedih...dalam hati Phinie berkata..lupakan saja aku Yohan, jangan kamu bagi hatimu untukku dan untuk Yulia, karena Yulia itu sahabatku, sahabatku yang telah membantumu bangkit saat aku meninggalkanmu, sahabatku yang sempat mengingatkan kesalahanku karena meninggalkanmu, sahabatku yang aku tau juga sangat menyayangimu..
”Jangan bagi rasa sayang itu Yo, sayangilah Yulia seperti dulu kamu tulus menyayangiku, bagiku maaf darimu udah cukup Yo..aku pamit..” Phinie pamit, karena ga ada lagi yang bisa dibicarakan, semua udah jelas..Tiba-tiba Yohan memeluknya, erat..
”Biar Phi, biar saja saat ini waktu berhenti, karena aku ingin begini terakhir kali”
Keduanya terdiam, sambil terus dipeluknya erat Phinie, Yohan berkata dalam hati, seandainya saja waktu bisa berhenti, seandainya saja Yulia ngga sebaik itu padanya dan Phinie, seandainya saja benih-benih cinta pada Yulia belum tumbuh...Dalam hati Phinie juga berkata yang sama..
”Yo, jangan sakiti Yulia...aku sangat menyayanginya seperti saudaraku sendiri..”
”Aku bingung Phi, aku masih sayang kamu, tapi aku juga sayang Yulia..”
”Lupakan aku Yo..”
”Aku baru bisa menjawabnya nanti, beri aku waktu menentukan Phi..”
Phinie cuma bisa diam, hatinya juga bimbang, antara keegoisan diri memiliki kembali Yohan ataukah merelakan Yohan untuk Yulia yang juga sangat dia sayangin..tapi dari lubuk hatinya yang terdalam Phinie tau, hati Yohan telah terbagi, daripada ia menerima Yohan dengan setengah hatinya untuk Yulia, lebih baik dia mengalah, Phinie memang berencana melanjutkan kuliahnya ke Perancis, melupakan semuanya dan menata hatinya kembali.
”Aku mau nerusin kuliah di Perancis Yo, ikut tante aku disana, kamu tau kan dari dulu aku pengen banget sekolah mode disana? Makanya aku pamit hari ini, karena setelah ujian bulan depan, aku langsung berangkat...kamu harus berani nyatain ma Yulia ya Yo, aku yakin kamu pasti bisa menyayanginya dengan tulus, tanpa terbagi...anggap saja aku adalah masa lalu yang manis, ya?” Yohan tampaknya kaget dengan keputusan Phinie, tapi mungkin itu yang terbaik..
Itu adalah pertemuan mereka yang terakhir, karena setelah itu mereka sibuk menyiapkan ujian nasional, menjelang kelulusan Yohan menyatakan perasaanya pada Yulia, yang tentunya disambut hangat oleh Yulia. Sebelumnya Yulia sempat ragu dan meminta pendapat Phinie dan tentu saja Phinie mendukung niat Yohan. Walau belum sepenuhnya merelakan Yohan, Phinie ikut senang, setidaknya ia tau, pernah ada sepotong hati untuknya.
No comments:
Post a Comment